4 Tahun Perjalanan Penerima Beasiswa dengan
Rumah Faye

4 Tahun Perjalanan Penerima Beasiswa dengan Rumah Faye

Halo, namaku Miftakhul Janah, biasa dipanggil Mifta. Tengah tahun 2021 lalu, aku baru lulus dari SMA Negeri 20 Jakarta. Sejak kecil aku tinggal di kolong jembatan Kampung Melayu. Bukan hanya keluargaku saja yang tinggal di kolong, banyak lagi yang tinggal di sana. Aku sangat senang tinggal di kolong karena orang yang tinggal di sana ramah-ramah. Aku punya banyak teman sebaya. Tetapi ketika aku kelas 6 SD, kolong digusur oleh Satpol PP. Saat mendengar beritanya, aku sangat sedih dan menangis bersama teman-temanku. Tempat dimana aku tumbuh besar dan melewati berbagai macam hal sudah hancur. Banyak sekali kenangan di kolong jembatan. Tapi aku gak mungkin terus berlarut dalam kesedihan. Hingga akhirnya orang tuaku mencari kontrakan untuk tempat tinggal. Walau kolong sudah digusur, ada beberapa orang yang masih tinggal di sana untuk bekerja, termasuk keluargaku. Sebagian besar orang yang pernah tinggal di kolong bekerja sebagai pemulung. 

Aku dan orang-orang kolong sebenarnya sudah terbiasa didatangi oleh organisasi atau komunitas yang ingin memberikan bantuan kepada kami. Biasanya, mereka mengadakan kegiatan belajar bersama anak-anak, menggambar, atau mendongeng dengan membawa berbagai macam hadiah. Nah, bulan Ramadan menjadi momen bagi para organisasi mengajak orang kolong buka bersama. Aku sendiri merasa senang saat mendapat bantuan dari banyak orang. Namun, terkadang aku risi ketika difoto tanpa izin terlebih dahulu. Walaupun aku mendapat bantuan dari mereka, tapi aku juga punya hak untuk tidak mau difoto. Gak semua organisasi yang datang mengambil foto tanpa izin, masih banyak kok organisasi yang izin terlebih dahulu untuk dokumentasi, dan aku berterima kasih untuk itu. 

Awal mula pertemuanku dengan Rumah Faye sekitar bulan Juni 2018. Saat itu, ada seorang kakak yang datang ke kolong bersama sebuah komunitas untuk kegiatan buka puasa bersama. Selesai acara, kakak ini ngobrol dengan mama dan ingin menghubungkan anak-anak kolong dengan organisasi bernama Rumah Faye. Mereka berencana bikin acara buka bersama di kantor Jakarta. Aku dan teman-teman senang sekali karena bisa bertemu dengan teman-teman baru dan sebaya. Kantor Rumah Faye berada di dalam gedung yang besar dan tinggi. Ketika masuk, timbul keinginanku untuk merasakan pengalaman kerja di kantor sebagus itu. Aku juga punya mimpi untuk bisa berbagi ke orang-orang yang membutuhkan, sama seperti yang sudah dilakukan kakak-kakak staf dan relawan Rumah Faye. Sebelum mulai acara, semua anak diajak menggambar terlebih dahulu. Setelahnya kami bermain game. Saat itu, suasananya sangat pecah karena semua berebutan menjawab pertanyaan untuk dapat hadiah. Rasanya senang sekali bisa bermain seheboh itu! Ngeliat semua orang bisa tertawa lepas rasanya bahagia banget ya.

Beberapa minggu kemudian, kakak Rumah Faye datang lagi ke kolong bersama Komunitas Kelas Gambar, pendirinya adalah Kak Galih dan Kak Teddy. Aku dan anak-anak yang lainnya diajarin menggambar wayang, dan wayangnya itu ada di depan mata kita. Awalnya susah banget, karena aku gak pernah menggambar objek secara langsung. Rasanya tegang banget, tapi menyenangkan! Gak cuma menggambar, aku juga diberi pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga diri di situasi apapun. Bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Selesai acara, staf dari Rumah Faye ngobrol dengan para orang tua. Mereka menanyakan kebutuhan apa yang diperlukan oleh anak-anak kolong. Nantinya, akan ada kesempatan untuk beberapa anak mendapatkan beasiswa pendidikan.

Setelah kegiatan itu, gak lama kemudian aku dihubungi sama pihak Rumah Faye kalau aku menjadi salah satu anak yang mendapatkan beasiswa pendidikan! Sebelum dapat bantuan, aku jarang banget masuk sekolah karena alasan ekonomi. Terkadang harus gantian sama adikku buat masuk sekolah karena ongkos untuk pergi pulang ga cukup. Aku sangat bersyukur karena ada perubahan besar sejak dapat bantuan biaya transportasi ini. Aku jadi bisa masuk sekolah terus. Selain itu, aku juga mendapatkan bantuan peralatan sekolah seperti buku, alat tulis, dan seragam. Oh iya, aku juga didampingi oleh seorang relawan Rumah Faye yaitu kak Kirsten Natalia Saragih yang biasa dipanggil Kak Iten. Relawan inilah yang membantuku untuk fokus ke pelajaran, selalu kontrol nilai-nilai pelajaran, nyemangatin untuk coba daftar kuliah, dan ngasih tantangan serta rewardnya. Sekitar 3 tahun aku menjadi penerima beasiswa pendidikan dari Rumah Faye dan didampingi oleh Kak Iten.

Awalnya aku canggung banget sama Kak Iten, tapi seiring waktu ternyata Kak Iten asik banget! Ya walaupun tegas soal pelajaran, tapi dia selalu perhatian. Setiap pengambilan rapor, Kak Iten ikut ke sekolah bareng mama. Pulangnya, aku selalu diajak jalan ke mall dan dibeliin makanan yang banyak. Kak Iten sudah kuanggap sebagai ibuku juga. Sampai saat inipun aku masih berhubungan baik dengan Kak Iten. Dia selalu bilang, “Semangat terus Miftah! Jangan lupa berdoa loh ya, minta doa orang tua ya, awas ya kalau kamu bandel.” Bersyukur banget bisa ketemu dan kenal Kak Iten.  

Akhir tahun 2018, aku mengikuti aktivitas Workshop Gambar, kolaborasi Rumah Faye dengan Komunitas Kelas Gambar. Ada 10 anak yang ikutan. Saat ikut workshop, aku diajak menggambar di tempat yang berbeda-beda dan didampingi oleh para relawan Rumah Faye dan Kelas Gambar. Workshop pertama dilakukan di kolong jembatan Kampung Melayu. Kemudian pernah juga di rumah Kak Galih, di restoran area Ancol, di Kantor Rumah Faye, dan di Shirokuma. Aku belajar banyak hal dari workshop gambar ini. Belajar teknik menggambar, warna-warna gradasi, teknik pewarnaan yang baik, dan bagaimana cara menggambar objek yang ada di depan mata kita. Aku bertemu dengan banyak orang baru dan berkesempatan ketemu dengan seorang Puteri Indonesia, namanya kak Dea Rizkita.

Desember 2018, Rumah Faye mengajak anak-anak kolong dan anak-anak dari komunitas lainnya untuk pergi ke Taman Safari. Aku sangat antusias sekali diajak jalan-jalan karena  belum pernah ke Taman Safari! Kakak-kakak staf dan relawan juga ikut menemani. Setelah melewati perjalanan yang panjang, akhirnya kita sampai di Taman Safari. Aku melihat pertunjukan, melihat hewan-hewan, dan naik bus untuk melihat panda. Perjalanan untuk melihat panda sangat seram, karena jalannya berkelok-kelok. Rasanya sangat melelahkan karena perjalanan pulangnya jauh, tapi rasa lelah itu kalah dengan rasa bahagia. 

Setelah komitmen ikut 10 kali pertemuan Workshop Gambar, aku dan anak-anak kolong Kampung Melayu mengadakan pameran gambar di Plaza Indonesia. Pameran tersebut diselenggarakan dari tanggal 16-23 Februari 2019 dengan tema acara ‘Krayon Kami, Karya Kami’. Aku sangat bangga ketika melihat karyaku dan 9 anak lainnya dipajang dan dilihat banyak orang. Diawali dengan perkenalan anak-anak yang ikut workshop. Saat perkenalan, kami disuruh maju ke panggung, dilihat oleh banyak orang, dan diliput beberapa media. Aku sangat gugup saat menjawab pertanyaan. Pameran ini berlangsung selama lebih dari seminggu dan tentunya karya-karya kami terus dipajang di mall. Kaget banget saat di akhir pameran, dapat kabar dari kakak-kakak kalau seluruh lukisan kami terjual habis! Kemudian, 100% hasil penjualan diberikan kepada 10 anak peserta. Penghargaan yang kami dapat bukan dalam bentuk uang, tapi dibelanjakan dalam bentuk peralatan sekolah. Seperti sepatu, seragam, buku, tas, dan peralatan lainnya. Pengalaman yang gak bisa aku lupain banget. Kami diberi kesempatan dan, belajar hal baru, dan dihargai begitu banyak orang.

Tiga bulan setelah pengalamanku menggambar selesai, Rumah Faye menghubungi mama untuk menawarkan aktivitas Kelas Masak kepada anak-anak di area Kampung Melayu. Anak-anak kolong diwakili olehku dan adik. Sayang sekali karena kuota peserta yang terbatas, tidak banyak anak yang bisa terlibat. Orang tuaku  sendiri sangat mendukung untuk ikut Kelas Masak. Di kelas ini aku bertemu 8 teman baru dari berbagai daerah lainnya. Aku belajar memasak berbagai macam kue dari mentor kami, yaitu Chef Charins Chang. Setiap pertemuan selalu dibagi dalam kelompok dengan orang yang berbeda. Di awal pertemuan, aku sekelompok dengan adikku. Aku dan adik belum pernah memasak dengan kompor listrik, oven, dan mixer. Aku sangat kaku saat menggunakan alat tersebut. Kue yang pertama kali kami buat adalah soft cookies. Kue kami menjadi yang terburuk di antara kelompok lain, hahaha. Di kelas-kelas selanjutnya, kami coba bikin brownies, tiramisu, risoles, klepon, dan fruit tart. Seharusnya kelas masak itu diadakan sampai 10 kali pertemuan, tapi karena pandemi di awal tahun 2020, kelas masak terpaksa dihentikan di pertemuan ke-8. Fruit tart menjadi makanan terakhir yang aku buat. 

Saat pandemi COVID-19, aku merasa sangat bosan karena harus belajar dari rumah. Banyak sekali halangan yang dihadapi. Aku juga gak bisa ikut kegiatan dengan Rumah Faye dan gak bisa bermain dengan teman-teman. Semenjak belajar di rumah, beasiswa yang aku dapatkan dari Rumah Faye ada yang berubah menjadi paket internet untuk sekolah. Dulu, saat kelas 1 SMA, Kak Iten mendorongku untuk daftar beasiswa dari Ruangguru. Setelah melewati beberapa seleksi, aku lolos! Sangat bersyukur karena semenjak dapat beasiswa Ruangguru, nilaiku mengalami perubahan yang lebih baik. Kelas 2 SMA, aku diajak syuting oleh Studio Impian. Dari Studio Impian aku mendapatkan laptop dan orang tuaku mendapatkan sepeda serta bahan-bahan untuk dagang kopi.

Setahun kemudian, aku lulus SMA. Ketika aku baru lulus, aku mencoba daftar kuliah. Banyak sekali dukungan dari kakak-kakak Rumah Faye. Aku coba ikut SNMPTN dan SBMPTN. Tapi takdir belum memihak, aku gak diterima di universitas yang kuimpikan. Keinginanku dan keluarga belum tercapai di tahun 2021. Tapi gapapa, jalan masih panjang. Setiap orang punya alur cerita yang berbeda-beda. Aku mencoba untuk mencari pekerjaan. Gak lama kemudian, aku bekerja di toko tas, tapi itu hanya bertahan 1 minggu saja. Sebelum kerja di toko tas, aku mencoba menghubungi Kak Iten untuk menanyakan lowongan pekerjaan di Rumah Faye. Selang beberapa minggu, aku berhenti kerja di toko tas, dan Alhamdulillah besoknya seorang staf Rumah Faye, Kak Mellysa Anastasya, bersama dengan kak Iten datang ke rumahku menawarkan kesempatan magang. 

Aku mulai jadi Staf Magang di Rumah Faye bulan Juni 2021. Ternyata keinginanku di tahun 2018 saat bulan puasa, untuk bisa bekerja di gedung perkantoran, tercapai! Aku belajar kerja dengan kakak-kakak staf di kantor, 3x dalam 1 minggu, mulai pukul 09.00 sampai 15.00 (dengan istirahat makan siang). Selain ilmu dan pengalaman, aku mendapatkan uang harian, uang transport, serta uang pengganti internet untuk saat-saat Work From Home. Di awal magang, aku hanya sempat merasakan kerja di kantor sekitar 2 minggu saja. Angka kasus COVID-19 yang naik tajam mengharuskanku dan para staf WFH. Banyak sekali halangan ketika aku kerja dirumah. Aku harus gantian pakai laptop dengan adikku untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Aku juga harus bantu mama dagang. Jadi waktu kerjaku sangat berantakan, dan kerjaanku kadang jadi keteteran. Bulan Agustus 2021, masa magangku berakhir. Aku sempat mencoba melamar pekerjaan di berbagai tempat. Aku masuk ke tahap interview di salah satu kerjaan yang aku lamar. Namun, aku tidak lolos. Aku hanya lulusan SMA, jadi aku susah mendapatkan pekerjaan. Aku juga sempat daftar beasiswa kuliah di Universitas Pertamina yang direkomendasikan oleh salah satu staf Rumah Faye, yaitu Mbak Retno Agustin, namun aku gagal juga. 

Menjelang akhir Agustus, Kak Tasya menawarkanku untuk memperpanjang masa magang di Rumah Faye sampai bulan Desember 2021. Aku sangat bersyukur masih dapat kesempatan belajar kerja lagi. Dengan senang hati aku menerima tawaran Kak Tasya. Selama magang di Rumah Faye, aku belajar banyak hal dari Kak Tasya, Mbak Retno, dan Kak Imam. Aku yang awalnya gak mengerti tentang laptop, secara perlahan mengerti bagaimana cara menggunakan laptop. Aku yang awalnya pemalu, secara perlahan belajar jadi berani. Aku terus belajar informasi tentang perlindungan anak dan kaitannya dengan perdagangan, kekerasan, dan eksploitasi yang dilakukan oleh Rumah Faye. Aku juga berkesempatan ikut Kelas Online dari RUKI (Facebook Indonesia) dan banyak webinar lainnya untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan skill. 

Menurutku, ada tiga pengalaman yang paling berkesan ketika aku magang di Rumah Faye. Pertama, bulan Juni 2021, aku ikut serta mendistribusikan donasi Help Kit COVID-19 dari PERMIAS UC Davis dan donasi sandwich dari Salad Point ID ke anak-anak di Sekolah Alternatif Anak Jalanan (SAAJA). Aku bertugas jadi MC untuk acara tersebut. Dulu posisinya aku hanya menjadi penerima manfaat, tapi sekarang aku bisa mengambil peran aktif untuk berbagi kebahagiaan ke anak-anak di SAAJA. Kedua, bulan Juli 2021, dalam momen Perayaan Hari Anak Nasional, aku menjadi juri Lomba Gambar&Video sekaligus admin yang mengurus segala administrasi dan registrasi peserta lomba. Ketiga, tanggal 15 November 2021-17 Desember 2021, dalam momen peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, aku ikut serta menjadi juri Lomba Gambar. Tentunya masih banyak pelajaran kerja lainnya yang aku dapatkan selama magang di Rumah Faye.

Selama enam bulan bergabung dengan Rumah Faye, aku jadi lebih kagum dengan program kerja organisasi. Memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu melindungi anak-anak Indonesia dari perdagangan, kekerasan, dan eksploitasi. Rumah Faye memberikan banyak sekali pengalaman baru dan hal-hal yang sangat berguna. Untuk semua anggota Rumah Faye, kalian hebat banget. Kakak-kakak sudah melakukan suatu perubahan besar buat orang-orang sekitar kalian, termasuk aku. Terima kasih sudah membantu banyak orang. Semoga sehat selalu dan dikelilingi oleh orang-orang baik. Setelah ini, aku akan terus mencoba pekerjaan di tempat-tempat lainnya. Sebenarnya aku takut akan masa depan, tapi hidup masih terus berjalan. Banyak yang harus aku kejar dan aku bahagiakan. Aku cuma mau bilang buat kalian yang baru beranjak dewasa, jangan pernah takut untuk gagal. Karena kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, justru kegagalan itu adalah awal dari kesuksesan. Semua orang punya jalan cerita yang berbeda. Jangan pernah takut bermimpi ya. Sehat selalu teman-teman. Terima kasih sudah mau baca pengalamanku sampai akhir!

Penulis: Miftakhul Janah
Penyunting: Mellysa Anastasya
Penerjemah: Ayunda Damai Fatmarani

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x